Jumat, 19 Desember 2008

Tentang Ma’rifatullah

Sebuah hadis meriwayatkan, pada suatu hari di majlis pengjian, Rasulullah bersabda ditengah-tengah orang banyak, tiba-tiba hadir seorang lelaki, lantas bertanya ? “Apa itu Iman, apa itu Islam, apa itu Ihsan ? dijawab pertanyaan tersebut oleh Rasulullah satu persatu. Seterusnya mengenai Ihsan, Rasulullah menjelaskan :

”Keadaan dimana kamu beramal seolah-olah kamu melihat Tuhan.

Jika kamu tidak melihatnya, sesungguhnya Tuhan melihat kamu”.

Aneh sekali lelaki itu membenarkan setiap jawaban Rasulullah. Setelah lelaki itu pergi, Rasulullah menerangkan bahwa itulah dia Jibril, datang mengajarkan kepada kamu agama Islam. Oleh sebab itu dapatlah dipahamkan bahwa kesempurnaan agama adalah tiga perkara : Iman, Islam dan Ihsan.

Tentang Iman kita pelajari Usuludin atau Ilmu Kalam, tentang Islam kita pelajari Ilmu Fiqih dan tentang Ihsan (kunci dari kesemuanya) kita memasuki alam Tasawuf. Disini nyatalah bahwa Fiqih, Usul dan Tasawuf adalah alat pencapai kesempurnaan yang dikehendaki oleh Agama.

§ Untuk mengetahui dengan seksama isi Rukun Iman maka kita pelajari Usuluddin. Ilmu Usuluddin takluknya kepada Hati dan hukumnya, hukum Akal

§ Untuk mengetahui cara-cara menunaikan Rukun Islam kita pelajari Ilmu Fiqih. Ilmu Fiqih takluknya kepada Tubuh dan hukumnya, hukum Syara (Syariat ).

§ Kesempurnaan untuk semuanya adalah dengan Ihsan agar kita selalu teliti dan khusyu dalam menunaikan ibadat, kita pelajari Tasawuf. Ilmu tasawuf takluknya kepada Ruh dan hukumnya, hukum Adat.

Wajib kita menuntut ketiga-tiganya karena hidup manusia itu dengan tiga syarat pula. Ruh, Qalbu, Jasad atau Hidup, Rasa, Nafsu atau Allah, Muhammad, Adam.

Untuk menentukan hukum, kita gunakan ilmu Fiqih dan kita awasi jiwa dengan Tasawuf. Gabungan Fiqih dan Tasawuf adalah penyatuan

antara Otak dengan Hati yang merupakan derajat yang dikagumi oleh Islam. Tidak keterlaluan jika saya katakan penyatuan antara Otak dan Hati ini maksudnya kepada perpaduan antara Jasad dengan Ruh (Diri) dalam arti kata sebenarnya. Jika kita tidak paham dengan tiga ilmu ini maka tidak sempurnalah amal kita. Walaupun ketiga ilmu ini menuju kepada Ma’rifat yaitu untuk mengenal Allah, akan tetapi pengertian Ma’rifat pun berbeda diantaranya :

§ Ma’rifat Usuludin mengenal Allah dengan dalil tentang ujud Allah ta’ala atau mengenal dalil adanya mahluk, termasuk mengenal segala sifatNya yang wajib, mustahil dan harus.

§ Ma’rifat disisi tasawuf ialah mengenal Allah dengan jalan kehadiran suatu rasa Dzauq, dinamakan syuhud yang dicampakan oleh Allah kedalam hati seorang wali atau seumpamanya, setelah hati itu bersih.

Jalan yang ditempuh disini ialah berusaha mengembalikan diri kita kepada keadaan asalnya yaitu suci bersih, dimana saat itu Roh telah mengenal Tuhannya.

Di hadist lain Rasulullah menyebutkan :”Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim”. Maka disini saya ingin menyampaikan mengenai Ilmu yang wajib itu adalah :

Ilmu Ma’rifatullah -Ilmu untuk mengenal Allah

Ilmu Tasawuf -Ilmu yang berhubungan dengan ibadat batin (ikhlas,

tawakal)

Ilmu Syara -Ilmu yang berhubungan dengan masalah halal, haram

dsb.

Tingkat tertinggi dalam pengajian tasawuf adalah Ma’rifat. Ma’rifat adalah setinggi-tinggi tingkat yang dapat dicapai kaum Sufi. Pengetahuan yang dicapai dari ma’rifat lebih tinggi dari pengetahuan yang diperoleh dengan akal. Memperoleh ma’rifat merupakan proses yang ber- kesinambungan. Bertambah banyak seseorang memperoleh ma’rifat berarti banyaklah yang diketahuinya tentang rahasia-rahasia Allah SWT dan ia pun semakin dekat kepada Allah.

§ Ma’rifat bukan hasill pemikiran manusia tetapi bergantung kepada karunia, hidayah Allah SWT.

§ Ma’rifat adalah pemberian Allah SWT kepada hambanya yang sanggup menerima karunia itu dengan adanya kesungguhan, kerajinan dan ketaatan mengabdikan diri sebagai hamba Allah. Setinggi-tingginya ilmu lagi suci adalah Ilmu Ma’rifat.

Maka bisa disimpulkan disini :

· Tiap-tiap orang Awam mengenal Tuhan dengan Taklid

· Tiap-tiap ahli Filsafat mengenal Tuhan dengan Akal

· Tiap-tiap orang Beriman mengenal Tuhan dengan Hati

· Tiap-tiap ahli Sufi mengenal Tuhan dengan Ruh

Membicarakan Ilmu Allah, tidak bisa lari dari membicarakan syariat dan hakikat.

· Syariat merupakan amalan lahir yang nyata dipandang.

· Hakikat, amalan batin atau disebut kerohanian.

Syariat dan Hakikat sebaiknya jangan dipisahkan sebab ibarat Tubuh dengan Nyawa, saling memerlukan, bila ditinggalkan salah satu diantara keduanya, maka akan pincang jadinya. Untuk mengetahui hakikat tentu menggunakan syariat. Untuk membuktikan hakikat dengan syariat.

Apakah Ma’rifatullah itu ?

Ma’rifat itu rahasianya ialah mengenal Dzat Allah dan Dzat Rasulullah, oleh karena itulah Ma’rifat diawali dengan : Ma’rifat Dzohir, ke Ma’rifat Batin, ke Ma’rifat Allah.

Asal Usul Ma’rifat

Rasululah SAW mengajarkan kepada sahabat Ali bin Abi Thalib, lalu mengajarkannya kepada Abi Hassan Basri, lalu mengajarkan kepada Habib An Najmi, lalu mengajarkannya kepada Daud Attaie, lalu mengajarkannya kepada Ma’ruf al Kharki, lalu mengajarkannya kepada Sirris Sakati, lalu mengajarkannya kepada Daud Assakatar, lalu mengajarkannya kepada Al Junaid, lalu kepada para Wali dan Auliya, hingga kini terus turun temurun.

Pancaran Ma’rifat

Pancaran dari sumber Suluk dinamakan Ma’rifat Musyahadah

Pancaran dari sumber Khalwat dinamakan Ma’rifat Insaniah

Pancaran dari sumber Inayah dinamakan Ma’rifat Rohani

Pancaran dari hasil Tafakur dinamakan Ma’rifat Jirim

Maka sumber amalan itulah terbitnya Ma’rifat yang tinggi dan mempunyai rahasia yang sulit.

Kaidah-kaidah Ma’rifat

Kaidah-kaidah Ma’rifat tertentu di dalam satu tujuan dan maksud serta amalannya mempunyai tata tertib tertentu pula, menurut kepada Mursyid masing-masing, oleh karena itulah di dalam ajaran Ma’rifat atau Kajian Ruh artinya mempelajari Ilmu Ma’rifat atau Ruh, tidak boleh mempunyai dua Syeikh akibatnya akan :

§ Sia-sia tidak mendapat Taufiq dan Hidayah

§ Gila Isim (Gila Asma)

Kecuali bagi yang telah sampai kepada Ilmu Rohaninya atau Ilmu Hakikat, oleh karena itu maka Ilmu Hakikat ini yang dirahasiakan oleh para Wali-Wali Allah dan Ulama Mursyidin.

Orang yang telah sampai kepada Ma’rifat Ruh menuju kepada Ma’rifat Sirr. Orang yang dalam pelajarannya atau beramal dengan Ma’rifat Qolbu tidaklah diharuskan mempunyai dua Syeikh (Mursyid) karena Ma’rifat Qolbu itu adalah tahap Permulaan.

Maksud daripada Ma’rifat Qolbu adalah agar tahu kepada Fuad, maka setelah ada Fuad akan menuju kepada yang lebih tinggi yaitu Qolbu. Setelah ada Fuad dan Qolbu barulah kepadanya ada yang bernama Latifatul Qalbi.

Setelah seseorang ada Qolbu artinya dia adalah seorang Mukmin yang de facto di sisi Allah dan ada padanya Roh yang bernama Rohani dan Jiwanya yang bernama Mutmainah. Dengan demikian tamatlah Ma’rifat Qolbu kepadanya untuk kemudian melangkah lagi pada Ma’rifat Ruh, maka hijab yang paling besar diantara Rohani dengan Nyawa-nya yang bernama Ruh Idzafi (Ruh Idhofi) ialah Ruhul Qudus dan barangsiapa yang tidak sampai kepada Ruhul Qudus maka tidaklah sampai kepada Ruh Idzapi (Ruh Idhofi).

Dan yang disebutkan itu ialah Ma’rifat Ruh dan barangsiapa yang sampai kepada Ma’rifat Ruh maka Allah SWT menganugerahkan kepadanya MA’RIFAT SIRR dan barangsiapa yang Allah telah anugerahkan kepadanya Ma’rifat Sirr barulah terbuka hijab yang menuju kepada Sirrul Wujud atau yang disebut Wahdatul Wujud, baik ma’rifat Hulul atau Ma’rifat Ittihad.

Yang dinamakan Ma’rifat itu ialah

§ Mengetahui dari awal sampai akhir

§ Nampak terbentang luas dan nyata

§ Merenung dengan mata kepala sendiri

§ Merenung dengan mata hati

Maka setinggi-tinggi Ma’rifat itu dinamakan KASYAF

Maka sebaik-baik Ma’rifat itu dinamakan DZAUQ

Maka semulia-mulia Ma’rifat itu dinamakan MADJZUB

Oleh karena itu Ma’rifat dapat terbagi kepada enam perkara sbb :

Ma’rifat Qalbu artinya Renungan HATI

Ma’rifat Ruh artinya Renungan RUH

Ma’rifat Sirr artinya Renungan RAHASIA

Ma’rifat Da’im artinya Renungan DIRI

Ma’rifat Hulul artinya Renungan SIRRUL WUJUD

Ma’rifat Ittihad artinya Renungan SIRRUL WUJUD

Hulul dan Ittihad adalah berbeda walaupun berkenaan dengan WahdatulWujud. Guna Ma’rifat itu ada tiga perkara yaitu : Ma’rifat DIRInya, Ma’rifat HAMBA, Ma’rifat KETUHANAN

Pintu Ma’rifat itu ada 4 perkara :

· Ma’rifat orang Syariat baik yang tahu atau tidak ialah pada Lubang Mulutnya

· Ma’rifat orang Tarikat adalah pada Lubang Hidungnya

· Narifat orang Hakikat adalah pada Dua Biji Mata nya

· Ma’rifat orang Ma’rifat adalah pada dua keningnya yang dinamakan Wajah

Aturan belajar Ma’rifat

Secara garis besar aturan mempelajari ma’rifatullah itu sbb :

§ Taat pada Allah SWT

§ Jangan putus asa

§ Jangan besar hati

§ Jangan takabur

Berharap kepada Allah SWT untuk mendapat Taufiq dan Hidayah

Ridha menyerahkan diri kepada Hukum Allah.

Ma’rifat itu ada 4 Perkara

Ma’rifatu Syariat

Kajian Lahir

Ma’rifat Diri yang Berdiri /Ttubuh

Ma’rifatu Tarikat

Kajian Batin

Ma’rifat Diri yang Terdiri /Hati

Ma’rifatu Hakikat

Kajian Ghaib

Ma’rifat Diri yang/Nyawa

Ma’rifatu Ma’rifat/Sirr

Kajian Rahasia

Ma’rifat Diri yang Azali /Rahasia

Guna Ma’rifat itu ialah mencari Hakikat yang Kamil oleh karena itulah apabila telah menjadi Ahli Hakikat yang Kamil atau disebut juga Ahli Ladunni adalah termasuk golongan Arifin Billah yang Akbar maka tidaklah ada ma’rifat lagi kepadanya. Orang-orang yang demikian adalah termasuk golongan Martabat WASIL ILALLAH.

Sedangkan Hakikat yang belum Kamil dinamakan :

Ahli Kasyaf itu setinggi-tingginya Ma’rifat

Ahli Dzauq itu sebaik-baiknya Ma’rifat

Ahli Majzub itu semulia-mulianya Ma’rifat

Maka Ahli ma’rifat yang mempunyai derajat tinggi dinamakan :

Ahli Musyahadah

Ahli Insaniah

Ahli Rohaniah

Ahli Jirim

Berlainan nama dan berlainan pancaran, akan tetapi mempunyai taraf dan derajat yang sama sebagai orang–orang yang telah dipilih Allah, dan dibawah daripada empat pancaran tersebut dinamakan Ma’rifat Qalbu.

Adapun kadar Ma’rifat Qalbu atau Ma’rifat Awal, bagi mereka menginginkan adanya sahabat yaitu yang ada didalam dirinya yang dinamakan Fuad yaitu Ruh, apabila seseorang sudah bersahabat dan mengenal Fuad, maka Fuad itulah yang memberitahu sesuatu apa-apa yang ditanyakan dengan syarat jangan ditekan dan dipengaruhi oleh sesuatu.

Hendaknya Fuad itu dikosongkan maka Fuad itulah yang memberitahu umpamanya si A itu Jahat, si B itu tidak amanah atau si C itu munafik dll. Maka kata-katanya itu hendaklah dituruti dan jangan sekali-kali dialihkan serta jangan berbohong karena apa yang dikatakan Fuad itu tidak bisa berdusta.

Untuk bersahabat dengan Fuad maka ma’rifat itulah yang diperlukan sesuai aturan dan tata cara dari Mursyid atau Khalifah karena setiap Syeikh atau Khalifah ada Masyaikhnya dan tiap-tiap Masyaikhnya itu ada Syeikhul Masyaikhnya.

Fuad adalah untuk hal ihwal duniawi sedangkan Qalbu adalah untuk hal ihwal akhirat, Seseorang yang ada dan dapat berhubungan dengan Fuad-nya maka ia seseorang yang ada dan dapat berhubungan Qalbunya dia adalah seorang mukmin de facto, barangsiapa yang mempunyai Fuad dan Qalbunya maka derajat hatinya dinamakan Hati Jamal atau Aghyar maka disebutnya Jaga yaitu ‘Melek Dua Mata Hatinya’. Orang yang demikian telah sempurna Mukminnya.

Rupa Fuad itu ibarat kelumpang telur yang putih dan diam dalam jantung. Maka jantung itu terbagi dua :

1. Sanubari adalah rumah syaitan (yu was wissu fi shudurinas) dan bangsa jin

2. Nurani dan Jasmani itu rumahnya yang sebenarnya ialah didalam Fuad

Firman Allah : “Tidak berdusta apa yang dikatakan oleh Fuad”

Jadi tangga pertama pada ahli ma’rifat Qolbu adalah bersahabat baik dengan Fuad dan tempat bertanya sesuatu yang dimusykilkan berkenaan dengan apa-apa pekerjaan urusan duniawi.

Jika hendak bersahabat dengan Fuad, maka cara-cara dan tata tertibnya baik dzikirnya, do’a-do’anya hendaklah dipelajari pada seorang guru mursyid, hendaklah dipatuhi dan diamalkan oleh kadar-kadar ma’rifat hingga Allah memberikan faham cahayaNya.

Tempat Fuad yang kotor hendaklah dicuci terlebih dahulu hingga segala kotoran, karat-karat dan sampah yang ada didalamnya itu tidak ada lagi, barulah Qalbu itu ibarat permata yang telah bersinar kembali cahayanya dan pencuci kotoran dan karat yang didalam Hati itu ialah dengan Air Nur.

Untuk mengetahui Air Nur, hendaklah belajar pada guru mursyid, guru sifat 20, guru Akaid’al Iman, tidak akan ada pengetahuan berkenaan dengan Air Nurani.

Mencuci tubuh lahir dengan Air, mencuci Fuad dengan Air Nur, mencuci tubuh bathin itu dengan Mujahadah atau Air Utama Jiwa.

Adapun Air Utama Jiwa itu bukan yang ada di makam-makam atau kuburan, bukit-bukit atau tempat keramat seperti dongengan pengarang cerita mistik. Adapun Air Utama Jiwa itu ada di dalam tubuh batin manusia itu sendiri. Maka Air Nur Utama Jiwa itulah yang bisa mensucikannya.

3 komentar:

  1. ilmu sare'at membelah kata
    Yang satu di belah dua
    Alim ulama jangan di percaya
    kalau mahluk masih berdaya

    BalasHapus
  2. Alham dulillah
    junaidikongbeng.blogspot.com/

    BalasHapus